Entah siapa yang pertama kali menviralkan lato-lato, tiba-tiba Indonesia menjadi demam mainan tersebut. Dari anak taman kanak-kanak hingga gubernur, anggota dewan dan presiden terlihat bermain lato-lato. Lato-lato menjadi permainan yang saat ini sedang viral, bersaing dengan permainan modern berbasis gawai (gadget).

Sebagian kalangan menilai lato-lato sebagai permainan tradisional yang positif, karena dianggap menjadi permainan alternatif bagi anak selain gawai. Permainan (game) yang ada di dalam gawai dianggap banyak membawa dampak negatif terhadap perkembangan anak. Lato-lato kemudian banyak dilombakan di berbagai kesempatan.

Lato-lato sejenis permainan tradisional yang menggunakan dua atau lebih bola dari plastik yang digantung dengan tali yang digerakkan dengan jari tangan. Bola plastik tersebut kemudian diayun dan dibentur-benturkan sehingga menimbulkan bunyi tertentu. Semakin keras benturan bola plastik, semakin keras pula bunyi yang ditimbulkan.

Keras dan kencangnya bunyi yang ditimbulkan akibat benturan bola plastik tergantung pada kecepatan pemain lato-lato di dalam menggerakkan jari dan mengayun tali yang menjadi gantungan. Semakin mahir pemain lato-lato memainkan jarinya menggerakkan bola plastik, semakin cepat benturan bola, dan semakin kencang pula suaranya.

Benturan
Politik Indonesia saat ini tak ubahnya mirip seperti lato-lato; ada benturan-benturan yang terjadi di antara para tokoh dan partai politik. Pemilihan umum yang bersamaan dengan pemilihan presiden tahun 2024 sudah di depan mata. Hanya tersisa waktu satu tahun lebih menuju hari H pemilihan umum. Kompetisi partai politik dan calon presiden untuk menjadi pemenang tentu saja akan mengalami benturan.

Sebagaimana benturan yang terjadi pada bola lato-lato, bisa benturannya dua, bisa pula lebih. Benturan biasanya terjadi pada dua hal atau lebih yang memiliki kemiripan. Partai politik yang mengalami benturan lebih cenderung pada partai yang memiliki kemiripan atau kesamaan.

Partai Islam lebih cenderung mengalami benturan dengan sesama partai Islam atau dengan partai yang juga memiliki basis pemilih muslim. Bisa jadi benturan akan terjadi antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Ummat. Sedangkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memiliki potensi benturan dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora).

Benturan yang sama juga terjadi pada partai-partai nasionalis, PDI Perjuangan akan berpotensi mengalami benturan dengan Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, Perindo, dan lain-lain. Calon presiden atau paling tidak tokoh yang digadang-dagang sebagai calon presiden dan pendukungnya juga mengalami benturan.

Benturan tersebut sudah semakin terlihat setidaknya di media sosial. Antara pendukung Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto sudah terlihat saling berbenturan di media sosial. Benturan tidak hanya dua arah, atau tiga arah, bisa lebih.

Di internal partai politik terjadi hal yang sama. Seperti yang terjadi di PDI Perjuangan yang terpolarisasi pada dua calon presiden yaitu Puan Maharani (Ketua DPR) dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah). Keduanya sama-sama kader PDI Perjuangan yang sama-sama memiliki tim sukses, dan saat ini sama-sama berjuang untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden tahun 2024.

Kedua tim sukses sering terlihat mengalami benturan argumen pada acara dialog atau talkshow yang digelar oleh berbagai pihak. Benturan antara kedua kubu bisa berakhir, bila Megawati selaku Ketua Umum PDIP Perjuangan telah memberi rekomendasi kepada salah satu calon presiden.

Penulis:
Dr. Moh. Hidayaturrahman, MIKom
(Direktur CIR)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CIR

Lembaga Kajian Publik